|
J-MKLI
Vol. 1, No. 1, April 2017, pp: 44 - 58 Jurnal Manajemen dan Kearifan Lokal Indonesia https://journal.apmai.org/v2/index.php/jmkli |
|
||
MENINGKATKAN INTENTION TO REVISIT MELALUI KEUNIKAN JASA
PARIWISATA & DESTINATION IMAGE: studi kasus pada big event JFC Fajar Destari * Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Jember |
||||
Info
Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima : 2017-04-27 Disetujui : 2017-04-29 Dipublikasikan 2017-04-30 ________________ Keywords: Uniqueness; destination image; intention to revisit, Jember
fashion carnival. ____________________ |
Abstrak ___________________________________________________________________ Obyek wisata memiliki peranan penting yaitu sebagai magnet wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Big event tahunan Jember yang lebih dikenal dengan sebutan Jember Fashion Carnaval (JFC) selain berkontribusi sebagai magnet wisatawan domestik dan mancanegara juga memiliki peranan penting tidak hanya dalam regenerasi bisnis kota, tetapi juga secara signifikan berkontribusi terhadap image Kabupaten Jember sebagai salah satu kota tujuan wisata. Tujuan dari penelitian ini, untuk: (1) Mengetahui pengaruh keunikan jasa wisata terhadap destination image; (2) Mengetahui pengaruh destination image terhadap niat berkunjung kembali; dan (3) Mengetahui pengaruh keunikan jasa pariwisata terhadap niat berkunjung kembali. Sampel dalam penelitian ini, adalah
seluruh wisatawan domestik maupun mancanegara dan telah menjadi pengunjung
big event JFC (Jember Fashion carnival) di Kabupaten Jember minimal 2 kali
dan telah berusia kurang lebih 18 tahun ke atas. Penelitian ini menggunakan
analisis jalur (path analysis) untuk menjelaskan pengaruh dan hubungan antar
variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) keunikan jasa wisata
berpengaruh signifikan terhadap Destination
image, (2) destination image berpengaruh signifikan
terhadap Intention to revisit, dan (3) keunikan
jasa pariwisata berpengaruh signifikan terhadap Intention to revisit.
|
|||
|
Abstract ___________________________________________________________________ Tourism has an important role as a magnet of domestic and foreign tourists to visiting. Jember Fashion Carnaval (JFC) in addition to contributing as a magnet of domestic and foreign tourists also has an important role not only in the regeneration of city business, but also significantly contributes to the image of Jember Regency as one of the tourist destinations. The purpose of this research, to: (1) Know the influence of the uniqueness of tourist services to destination image; (2) To know the effect of destination image on intention to revisit; And (3) to know the effect of tourism service uniqueness to intention to revisit.
The
sample in this study, is all domestic and foreign tourists that has been a
visitor at big event JFC (Jember Fashion Carnival) in Jember Regency at least
2 times and has been aged approximately 18 years and over. This research uses
path analysis to explain the influence and relationship between variables.
The results of the analysis show that: (1) the uniqueness of tourism services
has a significant effect on the destination image, (2) the destination image
has a significant effect on the intention to revisit, and (3) the uniqueness
of tourism services has a significant effect on intention to revisit. |
|||
*Alamat korespondensi :
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember fajar.fe@unej.ac.id |
|
|||
PENDAHULUAN
Pariwisata adalah salah satu industri
daerah yang wajib dikembangkan karena memiliki peranan yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang
sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara.
Perkembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk memajukan ekonomi di
daerah-daerah yang kurang berkembang disebabkan karena kurangnya keberadaan
sumber daya alam.
Leeper (2004), menjelaskan sistem
pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) dimulai dengan
mendeskripsikan perjalanan seorang wisatawan. Dari hasil analisisnya ia
mencatat 5 elemen sebagai subsistem dalam setiap sistem pariwisata yang
menyeluruh, antara lain (1) Wisatawan/tourist dengan
tujuan bukan untuk menetap orang melakukan aktivitas perjalanan
wisata, (2) Daerah asal wisatawan/traveller-generating regions merupakan elemen geografi dimana wisatawan
mengawali dari tempat tinggal semula ke daerah
tujuan untuk mengakhiri
perjalanannya, (3) Jalur pengangkutan/transit route merupakan
elemen geografi tempat dimana yang menjadi perjalanan utama wisatawan berlangsung, (4) Daerah tujuan wisata/tourist destination region sebagai element geografi yang menjadi
tujuan utama wisatawan untuk dikunjungi, dan (5) Industri pariwisata/tourist
industry sebagai elemen organisasi, yaitu kumpulan dari organisasi yang
bergerak usaha pariwisata, bekerjasama dalam pemasaran pariwisata untuk
menyediakan barang, jasa dan fasilitas pariwisata. Menurut World
Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang
bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa
dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan,
bisnis ataupun tujuan lainnya.
Perkembangan industri pariwisata di Jawa Timur menurut BPS Propinsi Jawa Timur,
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Timur tahun 2015 sebesar
200.851 kunjungan.
Kondisi ini mengalami penurunan sebesar 7,52 persen dibandingkan dengan tahun
2014 yang mencapai 217.193 kunjungan. Kejadian ini adalah yang kedua kali
selama 10 tahun terakhir, dimana pada tahun sebelumnya jumlah kunjungan selalu
meningkat. Selama dua tahun terakhir, terjadi penurunan kunjungan wisatawan
mancanegara. Hal ini perlu diwaspadai, dari total jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Jawa Timur tahun 2015. Kunjungan
wisatawan mancanegara terbesar berasal dari kawasan ASEAN yaitu sebanyak
125.695 kunjungan (63,58 persen). Selanjutnya adalah wisatawan mancanegara yang
berasal dari kawasan Asia lainnya sebanyak 47.585 kunjungan (23,69 persen) dan
kawasan Eropa sebanyak 14.953
kunjungan (7,44 persen). Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar utama wisatawan
mancanegara yang datang ke Jawa Timur masih berasal dari negara-negara tetangga
dari kawasan ASEAN.
Dalam
dunia kepariwisataan obyek wisata memiliki peranan penting yaitu sebagai magnet
wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Daya
tarik tersebut bisa berupa unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata bisa
dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai
yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.
Tidak semua obyek
wisata dapat dikatagorikan sebagai daya tarik daerah tujuan wisata. Sehingga sangat
jelas bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi daya tarik
daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata, bisa menarik untuk dikunjungi oleh
wisatawan ketika bisa memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1) What
to see dalam arti obyek
wisata mempunyai daya tarik khusus terdiri dari pemandangan alam, kegiatan,
kesenian, dan atraksi wisata dan atraksi budaya yang bisa dijadikan sebagai entertainment bagi wisatawan, 2) What
to do dalam arti disediakan
fasilitas rekreasi yang bisa membuat para wisatawan bersedia
untuk tinggal lebih lama di tempat tujuan wisata itu, 3) What
to buy dalam arti adanya beberapa
fasilitas penunjang untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan
rakyat yang bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal
wisatawan tersebut, 4) What to arrived dalam arti
tesedianya transportasi yang mudah untuk digunakan dan berapa lama kita
bisa tiba ke tempat tujuan wisata tersebut, 5) What
to stay dalam arti tersedianya penginapan-penginapan, seperti hotel
berbintang atau hotel tidak berbintang dan sebagainya (Sandywarman,
2014).
Kota Jember memiliki daya tarik
tersendiri, terutama dalam hal budaya terjadi akulturasi antar budaya Jawa,
budaya Madura, dan budaya Osing hal itu disebabkan karena adanya interaksi
antar warga pendatang dengan leluasa yang berlangsung dengan cepat, sehingga
menghasilkan produk budaya Pendhalungan yang khas. Masyarakat Pendhalungan
memiliki banyak keragaman kesenian daerah, karena masyarakat pendalungan
merupakan perpaduan antara masyarakat Madura asli, osing dan masyarakat Jawa yang memunculkan budaya baru.
Big event tahunan Jember yang lebih
dikenal dengan sebutan Jember Fashion
Carnaval (JFC) selain berkontribusi sebagai magnet wisatawan domestik dan
mancanegara juga memiliki peranan penting.
JFC tidak hanya sebagai
regenerasi bisnis kota, tetapi juga secara signifikan berkontribusi terhadap image Kabupaten Jember sebagai salah
satu kota tujuan wisata. JFC (Jember
Fashion Carnaval) sering memulai kampanye baik melalui online maupun
offline, sehingga mampu memperkuat image
sebagai kota tujuan wisata. Jika kota Jember memiliki sebuah image yang kuat (baik budaya, wisata
atau ekonomi), maka dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung, yang pada
gilirannya dapat lebih memperkuat keberadaan image sebagai kota tujuan wisata. Jember telah lama berkomitmen
untuk menyelenggarakan festival tahunan, yang menarik sejumlah besar pengunjung
domestik dan bahkan mancanegara.
Image yang
dibangun bukan hanya sebagai sebuah tanda untuk membedakan suatu
produk dengan
produk yang lainnya, akan tetapi selanjutnya image juga
memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mengingat dan juga
memberikan kemudahan dalam proses pengambilan keputusan konsumen
untuk berkunjung. Setiap tahunnya selalu mengusung konsep yang berbeda, dengan
cita-cita bahwa suatu hari JFC akan mendunia maka konsep busana yang
dikompetisikan bagi peserta JFC selalu berbeda dan membawa konsep busana dari
beberapa negara. Pemerintah daerah Jember memahami big
event Jember Fashion Carnival yang dilaksanakan setiap tahun sekali adalah potensi
wisata. Tugas bagi pemerintah daerah, masyarakat Kabupaten Jember dan penggagas
yaitu Dynand
Fariz memiliki
tugas berat untuk mengusung event ini dengan keuinikan yang berbeda dari
fashion karnaval yang dilaksanakan di daerah lain.
JFC (Jember
Fashion Carnival)
melalui Road show Nasional dan Internasional diharapkan menjadi magnet dunia
sekaligus ikon karnaval
Indonesia yang berkelas dunia. Welcome to JFC “World Fashion Carnival“ diselenggarakan Minggu 3 Agustus 2008
dengan tema utama “World Evolution“
yang menginspirasikan perubahan bumi karena tingkah laku manusia yang tak
terkendali. Tahun Ekonomi kreatif Indonesia dan visit Indonesia tahun
2009, memperkuat keberadaan JFC sebagai fenomena global ikon
Indonesia untuk karnaval berkelas dunia, ”World
Fashion Carnival”.
Konsep yang
ditawarkan JFC adalah global, modern, internasional dengan city slogan “World Fashion
Carnival City”. Konsep ini mampu menjadi identitas baru yang mengantarkan
Kabupaten Jember untuk go international, menciptakan awareness, image, reputation, added value, serta dampak ekonomi,
pariwisata dan pengembangan SDM berkelanjutan. Konsep yang diusung tersebut telah
membawa hasil dengan mendapatkannya predikat karnaval terbaik
Indonesia.
Event JFC
yang menjadi agenda wisata tahunan telah menjadikan identitas/ciri khas
Kabupaten Jember sebagai sebuah produk hasil anak
daerah yang mampu menciptakan deferensiasi
dengan kompetitor dalam konteks persaingan kota, khususnya di era
globalisasi. Sebab memiliki keunikan konsep
yang tidak hanya ditemukan di Indonesia,
melainkan juga di dunia.
Setiap kota
memiliki target wistawan beragam seperti wisatawan (Bickford-Smith, 2009),
penggemar olahraga (Chalip dan Costa, 2005), fashion konsumen
(Martinez, 2007). Melihat dari pendapat
Martinez, event JFC memiki potensial
juga untuk menjadi destination image
bagi Kabupaten Jember karena memberikan added
value, sehingga tidak hanya menjadikan Jember sebagai kabupaten penghasil
tembakau, kopi ataupun coklat atau juga kota santri, melainkan ada nilai tambah
yang ditawarkan kepada pegunjung Kabupaten Jember yaitu berupa Kota Fashion
Carnaval yang mengusung keunikan. Kota dengan even Kelas Dunia dan lain-lain.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kavaratzis & Ashworth (2005:510)
yang mengatakan bahwa ‘the brand and the
product are not synonymous. At its simplest, the difference refers to headded
values that branding attributes to the product’.
Indikator
lingkungan dalam membangun destination
image yang kuat, salah satunya adalah keberadaan kebijakan
pemerintah daerah yang mendukung. Kabupaten jember memiliki aset apa dan
apa yang menjadi dasar supaya melahirkan persepsi positif tentang Kabupaten
Jember yang diperoleh dari pandangan beberapa pendatang. Proses identifikasi
dan menyetujui satu set destination image
dari suatu kota membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan. Imajinasi dan
pikiran yang terbuka juga diperlukan dalam identifikasi dan menentukan karakter
yang unik dari kota. Misalnya, ditemukan dalam wisata kuliner, wisata alam,
wisata olah raga, wisata karnaval, wisata even daerah atau komitmen
suatu kota dalam pengelolaan lingkungan secara bertanggung jawab. Misalnya batu
memiliki destination image sebagai
kota wisata yang menawarkan pemandangan alam. Karena komitmen kota Batu dalam
mengelola sumber daya yang ada menjadi kota wisata. Apapun atribut dipilih,
mereka perlu mengkomunikasikan secara efektif tidak hanya melalui saluran
tradisional tetapi juga melalui sejumlah media digital yang ada sekarang.
Atraksi juga
menjadi salah satu indikasi dalam membangun destination
image yang kuat. Dimensi visual juga
memiliki peranan untuk mendukung kegiatan pariwisata melalui logo dan slogan
bisa memperkenalkan keunikan JFC yang akan diperkenalkan baik kepada wisata
domestik maupun wisata asing. Melalui logo dan slogan mampu mengkomunikasikan
melalui beberapa kegiatan kampanye untuk menarik lebih banyak wisatawan
domestik dan asing, hal itu memang harus didukung oleh keberadaan iklan yang
inisiatif, sebuah pendekatan juga bisa dilakukan (1) pengembangan buku
tipografi panduan rinci tentang JFC yang menguraikan unsur visual logo resmi
JFC dan selanjutnya buku tersebut bisa didistribusikan ke seluruh lembaga pemerintah daerah, sampai
dengan lembaga sosial kota (lembaga pariwisata, arsitektur, perlindungan
lingkungan, angkutan umum); (2) memberikan identitas merek dengan nilai-nilai
yang postif, menginduksikan nilai-nilai, seperti kreativitas generasi muda
daerah, generasi pengetahuan, mudah beradaptasi terhadap perubahan bisnis.
JFC merupakan
kekayaan kreativitas generasi muda daerah yang mengusung kearifan budaya bukan
saja kearifan budaya lokal atau pun nasional bahkan kearifan budaya local dari
beberapa negara dengan tujuan supaya dapat dikenal di kancah dunia
Internasional. melalui promosi dengan tujuan meningkatkan kesadaran pemerintah
daerah, pemerintah propinsi dan pemerintah pusat supaya ikut serta membantu
untuk mengundang para investor lebih banyak, dengan demikian akan memberikan
kontribusi khususnya perkembangan sektor pariwisata dan perkembangan ekonomi
daerah Jember. Sebuah komponen penting untuk membangun brand city, JFC
menciptaan website (www.jemberfashioncarnaval.com),
kota yang ingin membangun destination image
dengan memanfaatkan web harus mampu mendesain website yang menarik tidak lupa
menyajikan informasi regenerasi budaya lokal dan kearifan lokal yang tetap
menjadi magnet kota sehingga image tetap dibangun dengan berbagai tingkat
kreativitas untuk menambahkan nilai dari jember sebagai kota tujuan wisata.
Hal tersebut
dibangun oleh Kabupaten Jember tujuannya agar para wisatawan baik domestik
maupun mancanegara memiliki perilaku kunjungan berulang, diharapkan fenomena
tersebut terjadi secara alami dan menjadi tujuan liburan dewasa (Alegre dan
Cladera 2006). Dengan demikian, fenomena kunjungan berulang adalah ukuran
penting untuk mempertahankan daya saing kota wisata tujuan tersebut. hal ini
umumnya disepakati bahwa pengunjung yang berulang memiliki Kohort yang berbeda
dalam perilaku mereka di tempat tujuan dibandingkan dengan pengunjung pertama
kali (Lau dan McKercher, 2004; Wang, 2004). Berdasarkan uraian diatas maka
tujuan dari penelitian ini, diantaranya: (1) Mengetahui pengaruh keunikan jasa
wisata terhadap destination image,
(2) Mengetahui pengaruh destination image terhadap niat berkunjung kembali, dan
(3) Mengetahui pengaruh keunikan jasa pariwisata terhadap niat berkunjung
kembali.
KAJIAN TEORI
Destination
image (Citra Produk Tujuan)
Citra atau image dapat diartikan
sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan atau asosiasi (Arafat, 2006:27). Sementara itu Lawson and Bovy (1997) dalam
Lopes (2011) mendefinisikan bahwa “destination image is a concept as the
expression of all objectives knowledge, prejudices, imagination and emotional
thoughts of an individual or group about a particular location”, yang
artinya adalah citra destinasi merupakan pengetahuan objektif, prasangka,
imajinasi dan pikiran emosional individu maupun kelompok terhadap lokasi
tertentu.
Para ahli
berpendapat bahwa destination image
mempelajari tentang penggabungan antara cognitive
image dan affective image. (Baloglu &
McCleary, 1999b; Beerli & Martin, 2004; Sonmez & Sirakaya, 2002).
Baloglu dan McCleary ini (1999a) menghadirkan model dari destinationa image yang terdiri dari
dua aspek yaitu cognitive dan affective image. Cognitve image mengacu pada keyakinan dan pengetahuan tentang
atribut dari sebuah destination. Affetive
image mengacu pada emosi dan
perasaan yang melekat pada tujuan destination. Li
et al. (2010) menemukan
bahwa konstruksi motivasi wisata (intelektual,mencari hiburan, dan
barang-barang) yanag mempengaruhi cognitive image, sementara affective image hanya dipengaruhi
oleh konstruk hiburan.
Fakeye dan Crompton (1991) menganggap bahwa citra destinasi hanya terdiri atas komponen kognitif saja. Mazursky dan Jacoby (1986) menganggap bahwa konsumen membangun total citra (overall
image) berdasarkan evaluasi dari berbagai atribut produk
barang maupun jasa. Gartner (1993) menyatakan bahwa
persepsi wisatawan terhadap berbagai atribut destinasi
akan berinteraksi dalam membentuk citra total (overall
image).
Milman dan Pizam (1995) secara kognitif menawarkan tiga komponen yang membentuk
citra destinasi, yakni: atraksi (attractions),
perilaku tuan rumah (the hosts’ behavior and
attitude),
dan lingkungan destinasi (the environment). Chi, (2005) telah
melakukan penelitian dan mengklasifikasikan sembilan
atribut
yang mempengaruhi citra destinasi, yaitu (1) atribut
alamiah, (2)
kesempatan wisatawan untuk bersenang-senang dan rekreasi, (3) lingkungan alamiah, (4) fasilitas umum, (5) budaya, sejarah, dan seni, (6) lingkungan sosial, (7) infrastruktur pariwisata,
(8)
faktor ekonomi dan politik, dan (9) suasana
destinasi.
Citra/image sebuah destinasi merupakan persepsi yang terbentuk dari berbagai informasi yang diterima oleh wisatawan. Setiap tempat tujuan pariwisata mempunyai citra tertentu yang mengandung keyakinan, kesan, dan persepsi tentang sebuah destinasi. Citra yang
terbentuk merupakan kombinasi antara berbagai faktor yang ada
pada destinasi seperti cuaca, pemandangan alam, keamanan, kesehatan dan sanitasi, keramah-tamahan, dan
lain-lain (Coban, 2012; Jamaludin et al, 2012).
Hubungan antara destination
image dan
perilaku intention to revisit
Penelitian terdahulu mengungkapkan
bahwa evaluasi cognitive image dan
affective image (destination image) memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku
sebelum-kunjungan (Baloglu, 2000) dan
perilaku pasca-kunjungan wisata (Court & Lupton,
1997; Prayag, 2009). Evaluasi cognitive image dan
affective image (destination image)
sebagai variabel utama dalam hubungannya dengan perilaku pasca kunjungan wisata
dibandingkan dengan variabel motivasi wisata, jumlah informasi, dan jenis
sumber informasi. Beberapa ahli
berpendapat bahwa cognitive image dan affective image memiliki pengaruh yang
sigifikan terhadap overoll image, keputusan
untuk berkunjung kembali dan merekomendasikan kepada pihak lain (Baloglu & McCleary, 1999b;Qu, Kim, & Im, 2011;
Wang & Hsu, 2010).
Keunikan
Produk tujuan wisata
didefinisikan sebagai campuran dari produk dan layanan, menawarkan pengalaman
terpadu kepada konsumen, dalam wilayah geografis dan pengaturan fisik, yang pengunjung memahami sebagai entitas yang unik (Buhalis 2000; Framke 2002;. Murphy et al, 2000). Keunikan produk
adalah suplier yang
memproduksi produk yang sangat spesifik agar perusahaan
memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang produknya merupakan produk komoditas. Keunikan produk
adalah nilai tambah yang membuat produk tampil beda dibandingkan dengan pesaing
lain.
Menurut Cooper (2000), keunikan
produk pada dasarnya berasal dari riset untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang melibatkan inovasi serta teknologi yang tinggi.
Keunikan dianggap
penting, karena keunikan membuat produk jadi berbeda dari
produk kebanyakan.
Rosnani (2009) menyatakan keunikan
sebagai sesuatu yang mengidentikkan barang atau jasa tertentu
yang dapat menimbulkan suatu persepsi seseorang terhadap barang atau jasa
tersebut. Keunikan sangat berkaitan dengan perilaku konsumen. Faktor keunikan
menjadi salah satu
pertimbangan utama konsumen sebelum melakukan keputusan
pembelian. Dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, konsumen cenderung membeli
produk unik yang mereka sukai atau sudah terkenal, tidak
terkecuali di dalam mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keunikan ini
sangat penting karena pengaruhnya terhadap diferensiasi terutama pada produk wisata dengan penawaran
konsep yang sama.
Diferensiasi harus ditanamkan di benak
konsumen (Cai, 2002; Echtner &
Ritchie, 1993; Morrison & Anderson, 2002; Ritchie & Ritchie, 1998), Salah
satu tujuan dari diferensiasi adalah untuk membedakan produk
dari para pesaing, demikian pula, destination
wisata harus menekankan diferensiasi yang unik untuk melakukan
kompetisi dengan para pesaing. strategi positioning supaya mampu membidik benak
konsumen tentang keunikan jasa pariwisata harus dimulai dengan mengidentifikasi
dari suatu elemen yang kuat dan diferensiasi
yang unik untuk membedakan daya tawar dengan pesaing (Crompton
et al., 1992).
Diharapkan bahwa pengunjung dengan citra
positif secara keseluruhan, sebagai gambaran total dari kognitif, afektif, dan
keunikan jasa pariwisata, akan lebih mungkin untuk meningkatkan niat berkunjung
kembali para wisatawan dengan merekomendasikan hal ini kepada orang lain.
Artinya, destination image (cognitive image dan affective
image) akan memediasi produk yang unik dengan perilaku wisatawan dalam
seleksi tujuan atau niat berkunjung kembali. Oleh karena itu, hipotesis yang dibangun
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Keunikan produk wisata berpengaruh terhadap niat berkunjung kembali melalui variabel mediasi destination image.
Niat Berkunjung Kembali
(intention to revisit)
Kaitannya dengan
dunia pariwisata, keputusan pembelian diasumsikan sebagai keputusan berkunjung
sehingga teori-teori mengenai keputusan pembelian juga digunakan dalam niat
berkunjung kembali. Keputusan pembelian adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau
lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Peter dan Olson, 2000: 162). Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485) keputusan merupakan
seleksi atas dua atau lebih dari alternatif yang ada. Dalam hal ini, pilihan
alternatif harus tersedia ketika proses penentuan keputusan dilakukan. Pilihan alternatif
digunakan sebagai perbandingan atau acuan ketika keputusan akan ditentukan. Keputusan pembelian
adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Peter dan Olson, 2000:162). Pada umumnya, keputusan
pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai (Kotler dan Amstrsong, 2008:181). Kotler dan Amstrong (2008:13) mendefinisikan
keputusan pembelian sebagai aktifitas konsumen dimana membeli atau menggunakan jasa yang paling
disukai. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan
pembelian merupakan pilihan konsumen yang jatuh pada produk tertentu dimana
produk tersebut merupakan produk yang paling disukai dari berbagai alternatif
yang ada Cognitive image, affective
image dan unique image (overall image). Dalam suatu tujuan wisata memberikan
pengaruh tidak hanya
dalam proses pemilihan tempat tujuan bagi para wisatawan tetapi juga memberikan pengaruh terhadap perilaku para wisatawan secara umum (Ashworth &
Goodall, 1988; Bigné, Sánchez, & Sánchez, 2001; Cooper et al., 1993;
Mansfeld, 1992).
Penelitian untuk sinyal loyalitas pelanggan
dengan niat untuk berkunjung kembali atau intention
to revisit telah dipelajari secara ekstensif dalam pariwisata. konsep retention ini telah banyak menekankan
tentang intention to revisit atau
niat untuk berkunjung kembali, karena
menarik pelanggan baru lebih mahal dari mempertahankan pelanggan yang sudah ada
(Rosenberg & Czepiel 1984). Sebuah studi juga mempelajari tentang Cognitive image, affective image dan unique image (overall image) dan faktor paling penting adalah
tentang intention to revisit atau niat untuk berkunjung kembali pada
suatu destination wisata yang sama (Alcaniz, Garcia, & Blas, 2005; Bigné et al, 2001).
Word-of-mouth (WOM)
didefinisikan sebagai tindakan non-komersial dengan memberikan informasi dari
orang ke orang lain dengan mengkomunikasikan sesuatu hal tentang merek, produk,
sebuah organisasi, atau sebuah layanan yang dirasakan oleh komunikator (Harrison-Walker, 2001:63).
Karena pembelian konsumen terhadap produk layanan memiliki sifat tidak berwujud
maka proses keputusannya biasanya membutuhkan keterlibatan yang tinggi karena
ada faktor risiko yang bisa dirasakan dari membeli produk pelayanan.
WOM positif adalah sumber yang sangat baik untuk mengurangi risiko yang bisa
dirasakan untuk proses klarifikasi dan kesempatan umpan balik (Murray, 1991). Di
samping itu, dianggap sebagai sumber informasi penting yang bisa mempengaruhi
pilihan konsumen terhadap destination
wisata (Kozak & Rimmington, 2000; Oppermann,
2000;Weaver & Lawton, 2002; Yvette & Turner, 2002).
Ferdinand
Augusty (2002:129) menguraikan ada empat indikator yang dapat mendefinisikan minat beli
ulang, yaitu: (1) minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk; (2) minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain; (3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan
perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk
preferensinya; dan (4) minat eksploratif, minat beli ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut
Pengunjung dengan citra positif secara terhadap keseluruhan citra produk, mulai dari kognitif,
afektif, dan image yang unik, akan lebih berpengaruh terhadap wisatawan untuk
memiliki niat berkunjung kembali dan merekomendasikan hal ini kepada orang
lain. Artinya, secara keseluruhan (cognitive,
affective,
unique image) akan memediasi hubungan antara citra produk
(cognitive dan affective image) dan
perilaku konsumen dalam memilih tujuan wisata.
Oleh karena itu, hipotesis penelitiannya sebagai berikut:
H2 : Destination image berpengaruh signifikan terhadap niat berkunjung kembali.
H3 : Keunikan produk wisata berpengaruh signifikan terhadap niat berkunjung kembali.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian
yang digunakan dalam pengujian hipotesis, antara lain rancangan atau desain
penelitian, populasi, sampel, dan penentuan besar sampel; cara penarikan
sampel, klasifikasi variabel, dan definisi operasional variabel, instrument
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengambilan atau pengumpulan
data, cara pengolahan dan analisis data, serta pengujia hipotesis.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini
merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research), artinya penelitian yang menjelaskan secara keseluruhan dari obyek yang
diteliti dalam
batas-batas tertentu, yaitu pengaruh keunikan
produk wisata melalui produk image
terhadap niat
untuk berkunjung kembali, studi kasus pada Big event tahunan JFC di Kabupaten Jember.
Populasi Penelitian
Jika populasi
sangat besar dan masing-masing elemen berbeda satu dengan yang lain maka perlu
diadakan pengambilan sampel (sampling).
Ide besar dari pengambilan sampel adalah dengan memilih bagian dari elemen
populasi, sehingga kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh
(Cooper et al.,2001:42). Populasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah seluruh pengunjung Big event tahunan JFC di Kabupaten Jember baik dari wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara.
Sampel
Penelitian
Sampel dalam
penelitian ini, adalah seluruh wisatawan domestik maupun mancanegara dan telah
menjadi pengunjung big event JFC (Jember Fashion carnival) di Kabupaten
Jember minimal 2 kali dan telah berusia kurang lebih 18 tahun ke atas. Kriteria tersebut
untuk membatasi responden agar benar-benar mencerminkan wisatawan pengunjung
big event JFC yang menjadi konsumen potensial dari JFC serta
memiliki kemampuan dalam mengintepretasikan pertanyaan kuesioner dengan tepat.
Sedangkan kriteria melakukan kunjungan
minimal 2 kali dan usia 18 tahun ke atas ditetapkan agar mendapatkan keyakinan
bahwa masing-masing responden telah benar-benar memiliki pengetahuan dan
pengalaman serta keyakinan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner.
Penentuan besar sampel penelitian
Keterwakilan
populasi oleh sampel dalam penelitian merupakan syarat penting untuk melakukan
generalisasi atau inferensi. Mengingat populasi dalam penelitian ini bersifat
infinit (tidak terbatas) dan sehubungan dengan digunakannya model persamaan
analisis jalur, maka digunakan “rule of thumb” sebagai berikut: model
size,
menurut Hair et al.,(1998:367), yang menyatakan
jumlah ideal adalah 5-10 responden untuk setiap indikator yang digunakan dalam
seluruh variabel laten. Jumlah indikator yang digunakan dala seluruh variabel
laten. Jumlah indikator penelitian seluruhnya adalah 28 parameter. Jadi
responden yang disarankan adalah minimal 5 dan maksimal 10 kali parameter. Bila
ditetapkan jumlah minimal maka responden adalah 140 (5x28) responden dan
sebaliknya bila ditetapkan jumlah maksimal maka besar responden adalah 280
(10x28) responden.
Teknik
Pengambilan Sampel
Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
purposive sampling. Data pada penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dan path analysis.
Lokasi
Penelitian
Penelitian
dilakukan pada Kabupaten Jember, Jawa Timur, kuesioner ditujukan pada
pengunjung salah satu destination di Kabupaten Jember yaitu Big Event Tahunan baik untuk wisatawan
domestik maupun wisatawan asing.
Klasifikasi
variabel
Variabel
penelitian diklasifikasikan berdasarkan
konstruk eksogen dan endogen. Menurut Ferdinand
(2002:42) konstruk
eksogen dikenal sebagai “sources variables” atau “independent variables” yaitu variabel yang tidak diprediksi oleh
variabel lain dalam model. Sedangkan konstruk endogen adalah faktor-faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Dalam penelitian ini ditetapkan
konstruk-konstruk eksogen dan endogen seperti ditunjukan dalam Tabel
1.
Tabel 1. Konstruk Eksogen dan Endogen Penelitian
Konstruk |
Jenis konstruk |
Indikator |
Keunikan produk
wisata (X) |
Eksogen |
Penawaran
produk/tujuan wisata Kemasan
tujuan wisata Penyajian
tujuan wisata Cara
perolehan tujuan wisata |
Destination
image (Z) |
Eksogen |
Atraksi Perilaku
tuan rumah Lingkungan |
Niat untuk berkunjung kembali (Y) |
Endogen |
Minat
transaksional Minat
referensial Minat
preferensi Minat
eksploratif |
Sumber : Data Diolah Peneliti, 2017
Setiap item pertanyaan diukur
menggunakan skala Likert dengan 5 poin jawaban. Kriteria jawaban
mulai dari Sangat setuju (SS) diberi skor
5
sampai dengan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
Teknik Analisis Data
Analisis data
dalam penelitian menggunakan program SPSS for Windows, sedangkan untuk
menguji pengaruh antar variabel digunakan
program AMOS.
Beberapa teknik analisis data dalam penelitian ini antara
lain :
Uji Validitas
Uji validitas
dilakukan guna memastikan akuransi alat ukur yang digunakan. Validitas item pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product
Moments
yang merupakan korelasi antara skor item pertanyaan
dengan total skor item
pertanyaan yang digunakan untuk menguji validitas
instrumen. Kriteria setiap item pertanyaan dinyatakan valid
apabila nilai r (koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor) > 0,30 (Santoso,
2001 : 285).
Uji Reliabilitas
Reliabilitas
erat hubungannya dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan jika tes memberikan hasil yang tepat. Dalam penelitian
ini, peneliti
menggunakan alat uji reliabilitas data menggunakan rumus alpha cronbach (α) didasarkan pada konsistensi internal suatu instrumen penelitian.
Analisis Jalur
Analisis jalur (path analysis) merupakan bagian dari
analisis regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal antar variabel di mana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak
langsung,
melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono, 2006:147). Model analisis jalur yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan Gambar 1. sebagai berikut :
Keunikan jasa Wisata (JFC) Destination image (JFC) Niat berkunjung kembali
H1 H2
H3
Gambar 1. Model Analisis Jalur
Model Analisis Jalur dapat diuraikan dalam persamaan
struktural berikut:
Z = βzxX
+ ε1.... . .. (persamaan 1)
Y = βyxX
+ βyzZ+ ε2. .... (persamaan 2)
Uji
Validitas dan Reliabilitas
Pengujian
validitas instrumen/kuesioner penelitian dilakukan dengan menggunakan indek
korelasi Product Moment Pearson,
yaitu dengan cara membandingkan angka r tabel dengan r hitung (Corrected item-Total correlation) dengan
harga kritik r pada tingkat kepercayaan 5 % , Jika nilai r dari Product Moment lebih besar dari 0,75
maka dinyatakan valid. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa
nilai Cronbach Alpha untuk ketiga
variabel memiliki nilai lebih besar
dari 0,60. Jadi
Koefisien korelasi dan Cronbach
Alpha menunjukkan bahwa instrumen penelitian
yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian
adalah valid dan reliabel
Analisa
Jalur
Tabel 2. Hasil Uji Analisa Jalur
Model |
Koefisien
jalur |
Standardized Coefficients |
t |
p |
R2 |
X ke Z |
1,116 |
,905 |
24,276 |
0.000 |
,818 |
Z ke Y |
,450 |
,921 |
29,281 |
0.000 |
,848 |
X ke Y |
,445 |
,931 |
27,077 |
0.000 |
,867 |
Sumber
: Hasil pengolahan data primer, 2017.
Berdasarkan Tabel 2. diatas, besarnya angka R
Square (R2) adalah 0,818 dan P adalah 0,000 yang berarti bahwa keunikan produk wisata (X)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap destiation image. Besaran pengaruhnya adalah
sebesar 0,81 atau dibulatkan menjadi 81%. Artinya, tinggi rendahnya keunikan
produk wisata
mampu mempengaruhi destiation image 81%, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain di
luar model.
Besarnya angka R Square
(R2) destiation image terhadap niat berkunjung kembali
adalah 0,848 dan P adalah 0,000 yang berarti bahwa destiation image berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat berkunjung kembali. Besaran pengaruhnya adalah sebesar 0,84 atau dibulatkan menjadi
84%. Artinya, tinggi rendahnya destiation image mampu mempengaruhi niat berkunjung kembali sebesar 84% sedangkan sisanya
dipengaruhi faktor lain di luar model.
Gambar 2
: Diagram path hasil pengujian koefisien jalur
Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel yang
diteliti, yaitu hasil
perhitungan pengujian hipotesis antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil
Pengujian Hipotesis
Variabel |
Estimate |
Standar
error |
Critical
ratio |
Probabilitas |
Keterangan |
|
1,116 |
,046 |
24,369 |
0,000 |
Signifikan |
|
,450 |
,053 |
8,432 |
0,000 |
Signifikan |
|
,445 |
,066 |
6,751 |
0,000 |
Signifikan |
Sumber
: Hasil pengolahan data
Tabel
3
dapat dinarasikan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel keunikan produk wisata (X) terhadap destination image (Z) yang dibuktikan oleh
nilai bobot regresi positif 1,116 dan tidak sama dengan 0
serta memiliki nilai probabilitas besar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05.
Hubungan positif antara variabel destination image (Z) dengan variabel
niat berkunjung kembali
(Y) adalah nyata karena memiliki bobot regresi sebesar 0,450 dan tidak sama dengan 0 serta nilai probabilitasnya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Sementara hubungan antara variabel keunikan produk wisata (X) dengan variabel niat
berkunjung kembali
(Y)
juga berhubungan positif karena memiliki bobot regresi
sebesar
0,445 dan tidak sama dengan 0, serta nilai
probabilitasnya sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05.
Keunikan produk wisata
berpengaruh signifikan
terhadap destination image dalam
industri pariwisata,
hipotesis pertama terbukti hal ini berarti bahwa keunikan produk wisata memainkan peranan penting dalam
menciptakan destination image. Hasil
penelitian ini mendukung hasil studi dari
Hailin, dkk., yang mengatakan bahwa citra yang unik memiliki pengaruh/dampak
kedua terbesar kepada keseluruhan citra (image) setelah kognitif.
Penelitian ini bisa menjadi rujukan Kabupaten Jember
dengan melihat hasil akhir dari penelitian yaitu signifikan dan melihat teori
dari dari (Barney,1991)
tentang indikator keunikan produk wisata. JFC selalu melakukan perubahan konsep produk (performance) setiap event, yang ditawarkan tidak ditawarkan oleh
daerah lain. Daerah lain tidak bisa
melakukan mencontoh dengan mudah konsep fashion carnival yang dilakukan Kabupaten Jember, karena image JFC yang sudah melekat dalam benak
wisatawan. Setiap event yang
disuguhkan dikemas dengan baik dari tahun ke tahun. Kemasan kinerja JFC pada setiap event tidak
ada di tempat lain, kinerja JFC
pada setiap event yang ditawarkan disajikan dengan menarik. Kabupaten Jember sebagai pemilik event tahunan JFC
harus mampu membuat diferensiasi dari semua indikator tersebut mulai dari penawaran, kemasan atau
penampilan, dan penyajian.
Destination
image
berpengaruh signifikan
terhadap niat berkunjung kembali dalam industri pariwisata, hipotesis kedua
terbukti hal ini berarti bahwa destination
image memainkan
peranan penting dalam menciptakan niat berkunjung
kembali.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah setempat karena
wisatawan akan memutuskan untuk berkunjung kembali dipengaruhi oleh
image yang ingin ditonjolkan dari produk yang
ditawarkan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil studi dari
Hailin, dkk., yang menjelaskan bahwa keseluruhan image berpengaruh posistif terhadap niat berkunjung kembali; dan studi
dari Elaine Yin Teng Chew, Siti Aqilah Jahari tentang peran mediasi destination image: affective image & cognitive image dan niat berkunjung kembali wisatawan ke Jepang setelah bencana
Fukushima.
Penelitian ini bisa menjadi rujukan Kabupaten Jember
dengan melihat hasil akhir dari penelitian yaitu signifikan dan melihat teori
dari Milman dan Pizam (1995) tentang
indikator dari destination image
dimana diperlukan pengelolaan dan peningkatan kreasi destinasi
image
meliputi adanya unsur pendidikan nilai budaya, sejarah dan
seni yang
terintegrasi dalam pertunjukan big
event tahunan JFC.
Suasana big event tahunan
JFC
selalu dibuat senyaman
mungkin dengan membuat CRM dengan wisatawan sehingga semua perbaikan sarana dan
prasaran berbasis nilai pelanggan. Keindahan konsep seni dan budaya yang ditampilkan oleh pagelaran big event tahunan JFC juga harus tetap dijaga. Pilihan kategori
show yang ditawarkan oleh pagelaran event tahunan JFC dari tahun ke tahun harus selalu
berbeda.
Infrastruktur big
event tahunan JFC yang
mendukung, kreativitas
visualisasi (logo,slogan dan web) big
event tahunan JFC, lingkungan sosial big
event tahunan
JFC yang ramah, masyarakat lokal yang ramah selaku tuan
rumah pelaksanaan big event tahunan
JFC.
Kondisi kebijakan pemerintah Kabupaten Jember
yang mendukung, dan kondisi masyarakat lokal Kabupaten Jember
yang mendukung. Disini dibutuhkan kerjasama dan kesadaran masyarakat
untuk menjadikan Kabupaten Jember sebagai kota tujuan wisata.
Keunikan produk wisata berpengaruh signifikan terhadap niat berkunjung kembali dalam industri pariwisata, hipotesis ketiga terbukti hal ini berarti bahwa keunikan produk wisata memainkan peranan penting dalam menciptakan niat berkunjung kembali. Hasil penelitian ini mendukung
hasil studi dari Hailin dkk. Penelitian
ini bisa menjadi rujukan Kabupaten Jember dengan melihat hasil akhir dari
penelitian yaitu signifikan dan melihat teori dari Chen et al. (2006) dan Ferdinand
Augusty (2002:129) tentang indikator niat
berkunjung kembali pada
destination JFC, dimana Kabupaten Jember,
masyarakat Jember, dan penggagas event JFC harus memperhatikan 4 hal sebagai
indikatornya yaitu minat transaksional, minat preferensi, minat referensi dan minat eksploratif. 3 komponen kunci tersebut harus mampu
membangun CRM (Comunication Relationship
Marketing) untuk mengetahui mana pelanggan (wisatawan platinum, emas, dan
perak) yang akan memberikan kontribusi profitabilitas
kepada Kabupaten Jember. CRM yang
dibangun oleh 3 komponen kunci akan memberikan informasi tentang nilai-nilai
yang berbasis pelanggan (wisatawan domestik dan mancanegara). Sehingga
JFC tetap akan memiliki keunikan dan memiliki destination image. Kedepannya, JFC diharapkan dapat menaikan jumlah
persentase pelanggan (wisatawan domestik dan
mancanegara) yang melakukan kunjungan kembali.
KESIMPULAN
Hasil temuan
menunjukkan beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, keunikan produk wisata
dalam hal ini adalah Jember Fashion
Carnival berpengaruh terhadap niat berkunjung kembali dari wisatawan
domestik dan mancanegara melalui variabel mediasi destination image. Keunikan dari pakaian serta jalur fashion
terpanjang didunia menjadi salah satu daya tari keunikan JFC. Kedua, destination image berpengaruh signifikan
terhadap niat berkunjung kembali. Ketiga, keunikan produk wisata berpengaruh signifikan
terhadap niat berkunjung kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Alegre, J., and Cladera M. (2006). Repeat Visitation in
Mature Sun and Sand Holiday Destinations. Journal of
Travel Research. 44(3), 288–297.
Ashworth, G. and Kavaratzis, M. (2009). Beyond The Logo:
Brand Management For Cities. Brand Management. 16(8),
520-531.
Baloglu, S. (1996). An empirical investigation of
determinants of tourist destination image. Unpublished
dissertation. Virginia Polytechnic University, Blacksburg, Virginia.
Baloglu, S. & Brinberg, D. (1997). Affective images
of tourism destination. Journal of Travel Research. 35(4), 11-15.
Baloglu, S. (1999). A Path Analytic Model of Visitation
Intention Involving Information Sources,
Socio-Psychological Motivations,and Destination Image. Journal of Travel
& Tourism Marketing. 8(3), 81–90.
Baloglu, S. & Mangaloglu, M. (2001). Tourism
destination images of Turkey, Egypt, Greece, and Italy as perceived by US-based tour operators
and travel agents. Tourism Management. 22(1),
1-9.
Baloglu, S. & McCleary, K. (1999). A model of
destination image formation. Annuals of Tourism Research, 26(4), 868-897.
Buhalis, D. (2000). Marketing the competitive destination
of the future. Tourism Management. 21(1),
97-116.
Cai, A. (2002). Cooperative branding for rural
destinations. Annuals of Tourism Research.
29(3), 720-742.
Chen, Ching-fu & Tsai, Dung Chun. (2007). How Destination Image and
Evaluative Factors Affect Behavioral Intentions?. Journal Tourism Management.
28(4), 1115-1122.
Chi, Gengqing. (2005).
A Study of Developing Destination Loyalty Model. Unpublissed Dissertation.
Faculty of the Graduate College of
the Oklahoma State University.
Coban, S. (2012). The
effects of the Image of Destination on Tourist Satisfaction and Loyalty: The Case of Cappadocia. European Journal of Social Sciences. 29(2), 222-232.
Court, B. & Lupton, R. A. (1997). Customer portfolio
development: modeling destination adapters, inactives, and rejecters. Journal of Travel Research. 36(1), 35-43.
Crompton, J. L. and Kim, S. (2004). Temporal Changes in
Perceived Constraints to Visiting State Parks. Journal
of Leisure Research, 36(2),
160-182.
Echtner, C. M. & Ritchie, J. R. B. (1993). The
Measurement of Destination Image: an Empirical Assessment. Journal
of Travel Research, 31(4), 3-13.
Elaine Yin Teng Chew, Siti Aqilah Jahari (2014). Destination Image as a Mediator Between
Perceived Risks and Revisit Intention:
A Case of Post-Disaster Japan. Journal Tourism Management. 40,
382-393.
Fakeye, P. C. & Crompton, J. L. (1991). Image
Differences Between Prospective, First Time, and Repeat Visitors to the Lower
Rio Grande Valley. Journal of Travel Research.
30(2), 10-16.
Hair, J., Babin, B., Anderson, B. and Tatham, R. (2006), Multivariate Data Analysis. 6th ed.
Prentice Hall, New York, NY.
Huang dan Hsu. (2009). Effects of Travel Motivation,
Past Experience, Perceived Constraint, and Attitude on
Revisit Intention. Journal of Travel
Research. 48(1), 29-44.
Kavaratzis, Mihalis. (2004). From City Marketing
to City Branding: Towards a Theoretical Framework for Developing City Brands. Place Branding. 1(1), 58-73.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. (2012). Marketing Management. 14th ed.
New Jersey: Prentice Hall.
Kozak, M. and Rimmington, M. (2000). Tourist Satisfaction
with Mallorca, Spain, as an Off-season Holiday
Destination. Journal of
Travel Research. 38(3), 260–269.
Lau, A. L. S. and McKercher, B. (2004). Exploration
versus Acquisition: A Comparison of First-time and
Repeat Visitors. Journal of Travel Research. 42(3), 279–285.
Li, M., Cai, L. A., Lehto, X. Y., & Huang, Z. (2010).
A missing link in understanding revisit
intention e the role of motivation and image. Journal of Travel & Tourism Marketing. 27(4),
335-348.
Mazursky, D. (1989). Past Experience and Future Tourism Decisions. Annuals of Tourism Research. 16(3), 333–344.
Milman, A. and Pizam, A. (1995). The Role of Awareness
and Familiarity with a Destination: The Central Florida Case.
Journal of Travel Research.
33(3), 21-27.
Morrison, A., & Anderson, D. (2002). Destination
Branding. Available from: http://www.macvb.org/intranet/presentation/DestinationBrandingLOzarks6-10-02. Accessed 18.05.03.
Prayag, G. & Ryan, C. (2011). The Relationship
Between the ‘Push’ and ‘Pull’ Factors of a Tourist Destination: the Role of Nationality an
Analytical Qualitative Research Approach. Current Issues in Tourism. 14(2), 121-143.
Riduwan dan Engkos A. Kuncoro. (2013). Path Analysis Cara
Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.
Ritchie, J. R. B., Ritchie, J. R. R. (1998). The Branding
of Tourism Destination: Past Achievements
& Future Challenges. In Annual
congress of the International
Association of Scientific Experts in Tourism.
Marrakech, Morocco.
Sarwono. (2006). SPSS itu Mudah. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Utama, I Gusti (2016). Keunikan Budaya
dan Keindahan Alam sebagai Citra Destinasi Bali menurut Wisatawan Australia Lanjut Usia. Jurnal
Kajian Bali, 6(1).
Qu, Ha., Kim, L. H. & Im, H. H. (2011). A Model of Destination
Branding: Integrating the Concepts of the Branding and Destination Image.
Journal of Tourism Management. 32(3), 465-476.